Tradisi penggantian nama Jawa di balik kehebohan nama lahir Jokowi – Politik
Tradisi penggantian nama Jawa di balik kehebohan nama lahir Jokowi – Politik
Gerakan akar rumput yang ingin memanggil Presiden Joko “Jokowi” Widodo dengan nama lahirnya Mulyono telah muncul dalam beberapa hari terakhir sebagai bentuk protes terhadap tindakan pemimpin yang akan lengser tersebut yang menurut para kritikus merupakan langkah mundur yang besar bagi demokrasi Indonesia.
Mulyono, nama populer Jawa, berarti “orang yang mulia”. Namun, nama itu tampaknya tidak membawa keberuntungan bagi Mulyono kecil, yang cukup sering jatuh sakit, sehingga orang tuanya mengganti namanya menjadi Joko Widodo, dengan Joko yang berarti “pemuda” dan Widodo “sejahtera atau sehat”.
Pengguna media sosial makin sering menggunakan Mulyono untuk merujuk kepada Presiden dalam beberapa hari terakhir untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap upayanya untuk mengamankan pengaruh dinasti yang langgeng dalam pemerintahan, partai politik, dan lembaga negara. Presiden dituduh menyalahgunakan kekuasaannya dan bahkan menentang Konstitusi untuk mengamankan posisi penting bagi dirinya dan keluarganya.
Seorang pengguna platform media sosial X, @RedPhoenix___ menulis minggu lalu, “Mulai sekarang kita harus memanggilnya Mulyono, nama yang ia miliki saat ia masih kecil dan sakit-sakitan. Semakin banyak orang memanggilnya Mulyono, semakin cepat nasib buruk menimpanya.”
Jokowi membahas perubahan nama tersebut dalam sebuah wawancara tahun 2018, dan mengatakan bahwa situasinya telah membaik sejak saat itu.
“Percaya atau tidak, saya tumbuh dengan sehat [after my name change]”Itu misteri,” katanya.
Baca juga: Gerakan media sosial ‘berpengaruh’ dalam menggerakkan orang untuk berunjuk rasa membela pengadilan tinggi