Pengemudi ojek online mogok karena gaji rendah – Tech

Pengemudi ojek online mogok karena gaji rendah – Tech

Lebih dari 1.000 pengemudi taksi daring melakukan aksi mogok di beberapa kota pada hari Kamis untuk memprotes rendahnya upah mereka, dan menuntut pemerintah untuk menyediakan perlindungan lebih terhadap apa yang mereka katakan sebagai praktik tidak adil oleh perusahaan layanan sesuai permintaan.

Para pengemudi yang mengenakan jaket hijau khas mereka berkumpul di Jakarta di luar Kementerian Komunikasi dan Informasi dan di dekat kantor perusahaan teknologi terbesar di Indonesia GoTo dan perusahaan transportasi online dan pengiriman makanan terbesar di Asia Tenggara Grab.

Taksi sepeda motor ada di mana-mana di seluruh negeri, termasuk di ibu kota Jakarta, yang terkenal dengan kemacetan lalu lintas terburuk di dunia.

Protes tersebut memicu beberapa keluhan di media sosial mengenai lambatnya layanan.

Setiap hari senin

Dengan wawancara eksklusif dan liputan mendalam tentang berbagai isu bisnis paling mendesak di kawasan ini, “Prospects” adalah sumber informasi terpercaya untuk tetap menjadi yang terdepan dalam lanskap bisnis Indonesia yang terus berkembang pesat.

untuk berlangganan buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Lebih Banyak Buletin

Seorang juru bicara unit layanan taksi daring GoTo, Gojek, mengatakan pada hari Kamis bahwa operasinya berjalan seperti biasa, dan pihaknya terbuka terhadap masukan dari para pengemudi.

Tarif Grab dirancang untuk memastikan permintaan yang stabil terhadap layanannya, sekaligus mempertimbangkan pendapatan pengemudi, kata Tirza Munusamy, kepala urusan publik unitnya di Indonesia.

Perusahaan yang berpusat di Singapura itu tidak menanggapi pertanyaan tentang apakah pemogokan itu mengganggu operasinya.

Para pengemudi menginginkan agar perusahaan-perusahaan menaikkan bagian yang mereka peroleh untuk setiap perjalanan dari yang sekarang 80 persen, dan agar pemerintah memberikan status khusus untuk ketentuan-ketentuan kerja mereka sehingga mereka memiliki daya tawar yang lebih besar atas biaya, kata Andi Kristiyanto, seorang perwakilan dari Koalisi Taksi Online Nasional yang mengorganisir protes tersebut.

Wandi mengatakan dia bekerja selama 10 jam setiap hari sebagai sopir tetapi menghasilkan kurang dari Rp 150.000 rupiah (US$9,73) hampir setiap hari, yang berarti penghasilan hariannya di bawah upah minimum Jakarta yang sebesar Rp 5 juta.

“Kami ingin platform mendengarkan kami,” katanya.

GoTo dan Grab menawarkan transportasi penumpang, pengiriman makanan, dan layanan lainnya di beberapa negara Asia Tenggara, dan memiliki kapitalisasi pasar gabungan sekitar $18 miliar.

Perusahaan mengakui pengemudi mereka sebagai mitra sehingga mereka tidak memiliki kewajiban hukum untuk menetapkan upah minimum, membayar jaminan sosial dan asuransi kesehatan atau membatasi jam kerja, kata Nabiyla Risfa Izzati, dosen hukum ketenagakerjaan di Universitas Gadjah Mada.

“Adalah hal yang tepat untuk mendorong pemerintah agar menjadi pihak yang mengatur perusahaan,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah perlu menetapkan harga dasar dan harga tertinggi bagi pengemudi di semua industri, termasuk layanan sesuai permintaan.

Kementerian Tenaga Kerja tidak segera menanggapi permintaan komentar, sementara Kementerian Perhubungan mengatakan pihaknya tidak mengatur biaya dan mendesak platform untuk mendengarkan pengemudi.