Pemerintah tunda relokasi PNS ke Nusantara – Politik
Pemerintah tunda relokasi PNS ke Nusantara – Politik
Pemerintah menunda rencana pemindahan pegawai negeri sipil ke ibu kota negara masa depan, Nusantara, di Kalimantan Timur, dari rencana awal bulan ini. Penundaan itu dilakukan dengan alasan perlunya merampungkan kompleks perumahan dan infrastruktur digital terlebih dahulu guna memastikan kelancaran transisi.
“Bukan hanya sekedar pindah kantor, tapi juga mengubah budaya kerja ke digital, sehingga infrastruktur yang dibutuhkan juga harus dilengkapi [prior to the relocation],” kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas, Selasa, seperti dikutip Antara.
Menteri tersebut mengungkapkan bahwa sebagian kompleks perumahan pegawai negeri sipil sudah siap ditempati, namun Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah memerintahkannya untuk menunda pemindahan. Namun, Abdullah tidak menyebutkan batas waktu yang baru.
“Kami masih mempersiapkan diri untuk [new relocation] skema sambil menunggu selesainya kompleks perumahan lainnya”.
Pemerintah berencana membangun total 47 tower rumah susun untuk pegawai negeri sipil di Nusantara, yang diharapkan rampung pada November. Setiap tower akan berisi 60 unit berukuran 98 meter persegi dan memiliki tiga kamar tidur.
Baca juga: Pemerintah Incar Relokasi Massal PNS ke Nusantara pada September
Pemerintah berencana memindahkan hampir 33.000 pegawai negeri sipil dari Jakarta yang padat ke Nusantara, dan proses pemindahan akan dilakukan dalam tiga tahap hingga tahun 2029. Gelombang pertama awalnya dijadwalkan bulan ini, dengan sekitar 12.000 peserta. Tahap kedua dan ketiga akan melibatkan sekitar 6.000 dan 14.000 pegawai.
Menurut data resmi tahun 2023, pemerintah pusat mempekerjakan sekitar 932.000 pegawai negeri sipil, dan 21.000 pekerja tidak tetap, sekitar 20 persen di antaranya berdomisili di Jakarta.
Presiden Jokowi sendiri telah menunda pemindahannya ke ibu kota negara sejak Juli tahun ini beberapa kali karena pembangunan infrastruktur yang lambat. Bulan lalu, pemimpin yang akan lengser itu mengatakan akan menunggu bandara beroperasi terlebih dahulu.
Jokowi mengatakan, jika nanti sudah menjabat di Nusantara, ia akan membutuhkan bandara di dekatnya untuk menjamin mobilitasnya ke berbagai provinsi.
“[Once I relocate]Jika aku ingin ke Papua, maka aku harus [from the airport] di Nusantara. Kalau saya mau ke Nusa Tenggara Timur, harus dari Nusantara, dan kalau saya mau ke Aceh, harus dari Nusantara juga,” jelasnya.
Namun, Presiden menghabiskan beberapa malam pertamanya di Istana Kepresidenan Nusantara pada akhir Juli. Kota ini juga menjadi tuan rumah perayaan Hari Kemerdekaan negara itu pada 17 Agustus, yang dihadiri oleh sekitar 1.300 tamu resmi. (Januari)