Para pemeriksa fakta di Indonesia mengecam keputusan Meta yang mengakhiri program pengecekan fakta di AS – Masyarakat
Para pemeriksa fakta di Indonesia mengecam keputusan Meta yang mengakhiri program pengecekan fakta di AS – Masyarakat
Koalisi lembaga pengecekan fakta di Indonesia mengecam keputusan Meta untuk menghentikan program pengecekan fakta di Amerika Serikat, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa perusahaan teknologi tersebut mungkin melakukan hal yang sama di negara lain, sehingga memperburuk penyebaran informasi palsu melalui platform digital.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 7 Januari, Meta mengumumkan keputusannya untuk mengakhiri program pengecekan fakta pihak ketiga yang ada di AS dan menggantinya dengan sistem “catatan komunitas” yang dihasilkan dari pengguna; pendekatan yang digunakan oleh platform media sosial Elon Musk X.
“Kami telah mencapai titik di mana terdapat terlalu banyak kesalahan dan terlalu banyak sensor. Ini saatnya untuk kembali ke akar kebebasan berekspresi,” kata CEO Meta Mark Zuckerberg dalam sebuah video yang menyertai pernyataan tersebut.
Perubahan ini akan berdampak pada Facebook, Instagram, dan Threads, tiga platform media sosial terbesar di dunia dengan lebih dari 3 miliar pengguna di seluruh dunia.
Keputusan itu mendapat kritik dari cekfakta.comsitus resmi pengecekan fakta yang dibuat dalam proyek kolaboratif yang melibatkan puluhan organisasi media arus utama di Indonesia. Kelompok tersebut mengatakan penutupan program pengecekan fakta di AS dapat mengakibatkan keputusan serupa untuk program perusahaan tersebut di negara lain.
“Kebijakan seperti itu dapat melemahkan upaya melawan informasi palsu di platform Meta, terutama di negara-negara dengan tingkat literasi digital yang rendah,” cekfakta.com tulis dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat.
“Kebijakan Meta ini juga dapat memicu penyebaran hoaks dan propaganda secara masif di tanah air, berkat banyaknya pengguna platform Meta di Indonesia.”