Korban tewas akibat banjir di Sumbar bertambah menjadi 44 orang dan 15 orang hilang – Kepulauan
Korban tewas akibat banjir di Sumbar bertambah menjadi 44 orang dan 15 orang hilang – Kepulauan
ika jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan aliran lahar dingin dari Gunung Marapi di Sumatera Barat selama akhir pekan telah meningkat menjadi 44 orang dan 15 orang lainnya hilang, kata para pejabat, Senin.
Hujan deras selama berjam-jam menyebabkan batuan vulkanik besar menggulung salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia ke dua kabupaten di provinsi tersebut pada Sabtu malam, sementara menggenangi jalan, rumah dan masjid.
Hingga pukul 13.00, jumlah korban meninggal sebanyak 44 orang, kata Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam keterangannya, Senin.
Tim penyelamat masih mencari 15 orang hilang di dua kabupaten – Agam dan Tanah Datar – yang merupakan wilayah terparah akibat banjir dan rumah bagi ratusan ribu orang.
Warga mengatakan mereka mendengar suara gemuruh batu di jalan-jalan di luar rumah mereka ketika hujan lebat melanda.
Refki Amelia, ibu tiga anak berusia 39 tahun di Agam, selamat namun kehilangan ibunya yang berusia 65 tahun dan keponakannya yang berusia 15 tahun.
“Rumah orang tua saya tepat di seberang rumah saya. [My mother] ingin lari keluar tetapi tidak punya waktu, sebuah batu besar runtuh,” katanya kepada AFP, Senin.
“Mayatnya ditemukan dua kilometer jauhnya. Kakak perempuan saya yang masih hidup… mengalami trauma, begitu pula putranya.”
Abdul Malik, kepala badan pencarian dan penyelamatan setempat di ibu kota provinsi Padang, mengatakan pada hari Minggu bahwa jenazah yang ditemukan termasuk dua anak – satu berusia tiga tahun dan satu lagi berusia delapan tahun.
Ilham Wahab, pejabat badan mitigasi bencana Sumatera Barat, mendorong “masyarakat untuk mengungsi ke tempat kerabat, yang lebih aman” daripada tenda penampungan saat hujan lebat.
“Kita fokus pertama, pencarian dan penyelamatan korban, kedua perlindungan pengungsi, perlindungan masyarakat rentan,” ujarnya.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah kepada wartawan, Senin, mengatakan sekitar 130 orang mengungsi ke sebuah sekolah dasar di Agam, dan lebih dari 2.000 orang mengungsi ke beberapa tempat di Tanah Datar.
Jalan-jalan di distrik-distrik berubah menjadi sungai, masjid-masjid rusak dan rumah-rumah hancur.
Muhari mengatakan, 71 rumah hanyut total dan 125 rumah rusak sedang.
Baca juga: Anomali Cuaca Sebabkan Banjir Bandang dan Lahar Mematikan di Sumbar
Hujan deras menggenangi lingkungan sekitar dengan air banjir berlumpur dan menyapu kendaraan ke sungai terdekat, sementara abu vulkanik dan bebatuan besar bergemuruh di Gunung Marapi.
Lahar dingin, juga dikenal sebagai lahar, adalah material vulkanik seperti abu, pasir, dan kerikil yang terbawa menuruni lereng gunung berapi oleh hujan.
Pihak berwenang mengirimkan tim penyelamat dan perahu karet untuk mencari korban hilang dan mengangkut orang ke tempat penampungan.
Pemerintah setempat mendirikan pusat evakuasi dan posko darurat di beberapa wilayah Agam dan Tanah Datar.
BNPB menyebutkan 84 rumah, 16 jembatan, dan dua masjid rusak di Tanah Datar, begitu pula lahan persawahan seluas 20 hektare.
Para penyintas menceritakan kengerian mereka ketika banjir dan batu runtuh.
“Saya mendengar suara guntur dan suara yang mirip dengan air mendidih. Itu adalah suara batu-batu besar yang berjatuhan,” kata ibu rumah tangga Rina Devina kepada AFP, seraya menambahkan bahwa tiga tetangganya tewas.
“Saat itu gelap gulita, jadi saya pakai ponsel sebagai senter. Jalannya becek, jadi saya teriak 'Tuhan kasihanilah!' berulang kali,” katanya tentang evakuasinya ke kantor pejabat setempat.
Dwikorita Karnawati, kepala badan meteorologi Indonesia, mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa Sumatera Barat adalah “lokasi yang unik” karena di beberapa bagian provinsi tersebut, hujan bisa turun hampir sepanjang tahun.
“Sehingga potensi banjir dan longsor selalu ada,” ujarnya.
Pada musim hujan, umumnya pada bulan Oktober hingga Maret, Indonesia rawan terhadap tanah longsor dan banjir.
Pada tahun 2022, sekitar 24.000 orang dievakuasi dan dua anak tewas akibat banjir di Pulau Sumatera. Para penggiat lingkungan hidup menyalahkan penggundulan hutan akibat penebangan kayu sebagai penyebab bencana yang semakin parah.
Pepohonan berperan sebagai pertahanan alami terhadap banjir, memperlambat laju aliran air menuruni bukit dan masuk ke sungai.
Letusan besar terakhir Marapi terjadi pada bulan Desember dan memuntahkan menara abu sekitar 3.000 meter ke langit, lebih tinggi dari gunung berapi itu sendiri.
Sedikitnya 24 pendaki, sebagian besar mahasiswa, tewas akibat letusan tersebut.