Keadaan distopia permanen: Homicide kembali mengangkat karya besar berusia 20 tahun – Hiburan
Keadaan distopia permanen: Homicide kembali mengangkat karya besar berusia 20 tahun – Hiburan
Saat kolektif hip-hop bawah tanah asal Bandung, Homicide, merilis album kedua mereka Barisan Nisan (Deretan Batu Nisan) Pada tahun 2004, Indonesia masih berada dalam pergolakan perubahan politik dan sosial yang besar.
Diktator Indonesia yang berkuasa lama, Soeharto, baru saja mengundurkan diri dari kekuasaannya selama tiga dekade, enam tahun sebelumnya, pada tahun 1998.
Pada tahun-tahun awal masa Reformasi, ketidakstabilan politik berujung pada konflik sektarian, dengan ribuan orang terbunuh di tempat-tempat seperti Maluku dan Kalimantan Barat dan ratusan lainnya kehilangan nyawa dalam operasi militer yang dilancarkan di provinsi-provinsi terpencil termasuk Aceh dan Papua.
Masalah radikalisme juga semakin meningkat, yang berpuncak pada pengeboman Bali yang menewaskan 202 wisatawan pada tahun 2002. Setahun kemudian, serangan bom lainnya di hotel JW Marriott di Jakarta Selatan yang menewaskan belasan korban dan melukai 150 orang, mengguncang negara ini hingga ke akar-akarnya.
Munculnya kelompok-kelompok yang suka menghasut seperti Front Pembela Islam (FPI), yang dibentuk untuk menumpas elemen-elemen radikal dalam gerakan mahasiswa pada tahun 1998, semakin memperumit masalah saat Indonesia berjuang mengatasi konflik sektarian di Sulawesi Tengah dan Maluku.
Pukulan terbesar bagi gerakan pro-demokrasi tentu saja pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib, yang diracun di dalam pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta ke Amsterdam pada 7 September 2004.
Namun dua puluh tahun lalu, masih banyak alasan untuk optimis.