
Jakarta untuk melarang Betawi ‘ondel -ondel’ dalam mengamen – jakarta
Jakarta untuk melarang Betawi ‘ondel -ondel’ dalam mengamen – jakarta
Akarta berencana untuk mengeluarkan peraturan yang melarang penggunaan Ondel-ondel di jalanan sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk melestarikan integritas budaya rakyat Betawi, penduduk asli kota itu.
Gubernur Pramono Anung menekankan bahwa patung raksasa adalah simbol vital warisan Betawi dan harus dihormati seperti itu. Dia juga menyatakan harapannya bahwa Ondel-ondel akan dipamerkan di acara-acara budaya dan upacara di seluruh ibukota alih-alih digunakan dalam pertunjukan jalanan untuk sumbangan publik.
“Saya akan mendorong peraturan sehingga Ondel-ondel tidak digunakan di jalanan. Sebaliknya, mereka harus menjadi bagian dari budaya inti Betawi,” kata Pramono pada hari Rabu, seperti dikutip oleh Antara, setelah menandatangani perjanjian bersama tentang pelestarian budaya Betawi di Hotel Borobudur di Tengah Jakarta.
Dia mengakui bahwa penggunaan yang lazim dari Ondel-ondel di antara para pengamen tidak disebabkan oleh orang-orang yang terlibat, dan bahwa praktik tersebut juga mencerminkan kurangnya dukungan untuk seniman tradisional.
Pramono juga mendesak semua pemangku kepentingan untuk melibatkan seniman Betawi dalam upaya pelestarian budaya sehingga pemain tidak dibawa ke jalanan untuk mencari nafkah.
Administrasi Provinsi Jakarta saat ini memberikan bantuan kepada 42 Studio Ondel-Otdel lokal.
Baca juga: Blok M menjadi pusat ekonomi Jakarta yang ‘tidak pernah tidur’
Larangan yang diusulkan datang lebih dari setengah tahun sejak Hamzah Wahab, ketua kelompok pendukung PAS Presiden dari 2024 kandidat presiden Anies Baswedan, membuat panggilan publik selama acara kampanye yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkab) menjelang pemilihan kepala regional pada bulan November.
Pramono, yang mengajukan tawaran untuk Gubernur Jakarta pada saat itu, berjanji sebagai tanggapan bahwa ia akan mengambil tindakan terhadap penggunaan Ondel-ondel dalam pertunjukan jalanan.
Dukungan untuk inisiatif ini juga berasal dari Riano P. Ahmad, Ketua Organisasi Komunitas Bamus Betawi,
“Ondel-ondel adalah ikon budaya Betawi. Itu harus ditempatkan dengan tepat dan tidak digunakan dengan cara yang mengurangi nilainya,” kata Riano kepada Kompas.com Selama wawancara pada hari Kamis.
Menurut data dari agen ketertiban umum Jakarta, banyak pengamen-ondel-ondel datang dari luar kota metropolitan dan sering termasuk remaja. Pihak berwenang percaya ini menggarisbawahi perlunya kesadaran publik tentang pelestarian budaya dan penggunaan simbol tradisional.