Indonesia menduduki peringkat ke 77 dalam tingkat kelaparan global – Masyarakat
Indonesia menduduki peringkat ke 77 dalam tingkat kelaparan global – Masyarakat
Indonesia berada di peringkat ke-77 dari 127 negara dengan skor Indeks Kelaparan Global (GHI) sebesar 16,9 persen, dan 7,2 persen penduduk Indonesia menghadapi kekurangan gizi, berdasarkan temuan studi terbaru yang dilakukan oleh Bright Institute.
Ekonom lembaga tersebut, Awalil Rizky, mengatakan pemeringkatan tersebut berasal dari GHI 2024 yang menilai berbagai indikator kelaparan. Skor GHI Indonesia berada pada angka 16,9, yang menunjukkan tingkat kelaparan yang moderat.
Awalil menyatakan keprihatinannya atas peringkat ini, dan menekankan bahwa peringkat tersebut mencerminkan buruknya ketahanan pangan negara ini, terutama mengingat sumber daya pertanian Indonesia yang melimpah.
“Ini tidak bagus. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kita memiliki lahan pertanian yang luas dan komunitas pertanian yang besar, tingkat kelaparan kita hanya rata-rata. Sedikit di bawah rata-rata,” ujarnya saat webinar, Selasa, seperti dikutip tempo.bersama.
“Nah, menurut GHI, kita sedang mengalami kekurangan gizi. Angka kekurangan gizi sebesar 7,2 persen, artinya 7,2 persen penduduk Indonesia tidak aman pangan,” kata Awalil.
Ia mengatakan, masyarakat tidak boleh mengabaikan angka-angka terkait kekurangan konsumsi pangan di kalangan masyarakat Indonesia.
“Ini menjadi peringatan bagi pemerintahan Prabowo mengenai inisiatif swasembada pangan,” tambahnya.
Dalam perkembangan terpisah, Menteri Agraria dan Tata Ruang Nusron Wahid mengatakan dibutuhkan sekitar 3 juta hektar lahan untuk membangun sawah baru guna mendukung program swasembada pangan yang diusung Presiden Prabowo Subianto.
“Karena sawah-sawah tua di Pulau Jawa sudah dijadikan pabrik, pemukiman, sekolah, rumah sakit, juga bagus. Tapi perlu diganti,” kata Nusron di kantornya, Selasa, seperti dikutip tempo.bersama.
Sentimen serupa juga disampaikan Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Daerah Agus Harimurti Yudhoyono, dengan menegaskan bahwa swasembada sangat penting bagi negara-negara global.
“Dihitung tiga juta hektar lahan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia,” kata Agus.
“Pembukaan lahan food estate tentu harus diperhitungkan dengan matang, namun revitalisasi lahan yang ada juga perlu dilakukan.”
Sementara terkait potensi tumpang tindih lahan untuk kebutuhan pertanian dan perumahan, menurutnya persoalan ini merupakan tugas krusial yang harus diselesaikan kementerian. Pasalnya, pemerintah saat ini menetapkan target ganda yaitu mencapai swasembada pangan sekaligus membangun 3 juta rumah.