Analisis: Pramono Jembatani Megawati, Jalan Rekonsiliasi Jokowi – Akademisi

Analisis: Pramono Jembatani Megawati, Jalan Rekonsiliasi Jokowi – Akademisi

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) membuat kejutan di jam-jam terakhir pendaftaran calon gubernur Jakarta, dengan memilih Pramono Anung dibandingkan favorit berat Anies Baswedan dan Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. Langkah tersebut dinilai membuka ruang rekonsiliasi antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko ”Jokowi” Widodo.

PDI-P mengamankan hak untuk mengajukan calon gubernur sendiri setelah Mahkamah Konstitusi menurunkan ambang batas untuk mengikuti pemilihan kepala daerah dalam putusan yang menghidupkan kembali demokrasi. PDI-P akan melawan partai-partai politik yang tergabung dalam koalisi untuk mendukung pemerintahan Prabowo Subianto yang akan datang.

Meski Jokowi masih berstatus sebagai anggota PDI-P, keluarganya, seperti putranya Gibran Rakabuming Raka dan menantunya Bobby Nasution, sudah tidak lagi menjadi anggota PDI-P. Sementara Gibran saat ini tidak berpartai dan dekat dengan Partai Golkar, Bobby telah menjadi politikus Partai Gerindra.

Saat Jokowi condong ke Koalisi Indonesia Maju (KIM), pendukung utama Prabowo, Ridwan Kamil, mantan gubernur Jawa Barat, memperoleh dukungan bulat dari kubu untuk maju di Jakarta. Ridwan secara konsisten menempati posisi ketiga favorit dalam jajak pendapat terkini, di belakang Anies yang memimpin dan Ahok di posisi kedua.

Hal ini membuat PDI-P memiliki setidaknya dua kandidat kuat, Anies dan Ahok.

Meski memiliki hubungan dekat dengan Anies, yang menjabat sebagai gubernur Jakarta dari tahun 2017 hingga 2022 dan dikenal sebagai penentang rezim saat ini, PDI-P juga memiliki anggotanya sendiri, termasuk Ahok (gubernur dari tahun 2014 hingga 2017), yang populer di kalangan pemilih Jakarta.

Setiap hari kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau tetap mendapatkan informasi tentang perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber yang sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dalam isu-isu yang paling penting.

untuk berlangganan buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Lebih Banyak Buletin

Ternyata, Mega lebih memilih Pramono yang tidak pernah muncul dalam survei mana pun. Pramono adalah sekretaris kabinet Presiden Jokowi yang menjabat sejak 2015. Ia juga merupakan tangan kanan Megawati saat menjabat sebagai sekretaris jenderal PDI-P dari 2005 hingga 2010, sehingga menempatkannya pada posisi strategis antara Jokowi dan Megawati.

Pramono memiliki gaya komunikasi yang oportunistik yang membawanya ke beberapa posisi penting di eksekutif, serta kursi legislatif, termasuk keterlibatannya dalam mencegah perpecahan kepemimpinan DPR ketika partainya dan koalisinya memprakarsai pemilihan ketua DPR yang memisahkan diri pada tahun 2014.

Pada masa transisi antara Jokowi dan Prabowo saat ini, Pramono telah memainkan peran penting dalam meredakan pergeseran kekuasaan dengan mengundang Prabowo dalam setiap pertemuan penting yang dihadiri Jokowi.

Kemampuan negosiasi Pramono yang cerdik dinilai lebih berharga ketimbang elektabilitas Ahok yang tinggi di Jakarta karena PDI-P masih menggodok sikapnya terhadap pemerintahan mendatang. Di sisi lain, Ahok yang aktif menyerang Jokowi selama pemilu lalu dinilai terlalu konfrontatif terhadap rezim.

PDI-P bermaksud mempertahankan pengaruhnya di pemerintahan, yang akan sulit dicapai jika terlalu jauh dari kekuasaan yang berpusat di sekitar Prabowo dan Jokowi. Di sisi lain, Jokowi juga membutuhkan kendaraan politik setelah masa jabatannya berakhir Oktober ini, mengantisipasi potensi perlawanan dari pemerintahan Prabowo di masa mendatang.

Apa yang sudah kami dengar

Pramono dan Rano Karno berencana melibatkan tokoh nonpartai untuk memimpin tim sukses mereka. Sumber internal PDI-P mengatakan tokoh nonpartai dibutuhkan karena citra Pramono dan Rano sebagai kader PDI-P terlalu kuat dan berpotensi menimbulkan resistensi di kalangan pemilih yang tidak menyukai partai politik. “Nama itu akan menjadi kejutan,” kata sumber itu.

Pramono juga berkomunikasi dengan tim Anies. Setelah bertemu secara tidak sengaja saat Car Free Day, sumber tersebut menyebutkan bahwa mereka berencana untuk menjadwalkan pertemuan lanjutan. Menurut sumber tersebut, Anies dan Pramono telah saling kenal sejak masa kuliah. “Jaringan aktivisme mereka membuat mereka dekat,” kata sumber tersebut.

Di sisi lain, Ridwan tengah berupaya mendekatkan diri dengan warga Jakarta, dengan rencana mengubah status kependudukannya dari Bandung ke Jakarta. Seorang sumber dekat Ridwan mengatakan, mantan Gubernur Jawa Barat itu tengah berupaya mendekati The Jakmania, kelompok suporter klub sepak bola Persija Jakarta.

Namun, kelompok suporter Persija meminta Ridwan untuk bertemu dengan manajemen klub terlebih dahulu sebelum bertemu dengan kelompok suporter. Sejauh ini, menurut sumber tersebut, pertemuan tersebut belum terealisasi. “Suporter bergantung pada klub, jadi akan lebih tepat jika bertemu dengan Persija,” katanya.