Analisis: Janji Prabowo Capai Swasembada Pangan di Tengah Ketergantungan Impor – Akademisi
Analisis: Janji Prabowo Capai Swasembada Pangan di Tengah Ketergantungan Impor – Akademisi
Warga negara, Prabowo Subianto, telah menyatakan komitmennya untuk memprioritaskan swasembada pangan bagi Indonesia, dan menetapkan tenggat waktu lima tahun untuk mencapai tujuan ini. Namun, Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan terkait pasokan pangan karena negara ini sangat bergantung pada impor pangan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, sebuah tantangan yang telah dicoba diatasi oleh banyak presiden sebelumnya, namun tidak membuahkan hasil.
Dalam pidato pengukuhannya pada tanggal 20 Oktober, Prabowo mengklaim bahwa Indonesia harus mencapai swasembada pangan pada tahun 2029. Untuk mempercepat proses tersebut, Prabowo telah menunjuk mantan Menteri Perdagangan Zulkifi Hasan sebagai Menteri Koordinator Pangan dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Kerja sama beberapa kementerian akan dilakukan, khususnya dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Amran bersama Menteri BUMN Erick Thohir akan melakukan kerja sama antarkementerian dalam menerjemahkan arahan presiden tersebut. Banyak BUMN yang memainkan peran penting dalam upaya mencapai swasembada pangan di Indonesia.
Kementerian Pertanian saat ini sedang mengembangkan rencana komprehensif untuk memperluas penanaman padi, makanan pokok utama di Indonesia. Program ini ditargetkan dapat memperluas lahan sawah seluas 3 juta hektar (ha) pada tahun 2029. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, program ini akan memprioritaskan pengembangan lahan sawah baru di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan, sehingga menjamin kemandirian beras Indonesia. -kecukupan untuk 80 tahun ke depan.
Pemerintah juga memprioritaskan ketahanan pangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Anggaran sebesar Rp 139,4 triliun (US$9 miliar), peningkatan sebesar 22 persen, telah dikucurkan dalam program ketahanan pangan utama, yang tersebar di berbagai kementerian, yang bertujuan untuk memperluas produksi pangan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi lahan pertanian, peningkatan pasokan pupuk, alat dan mesin pertanian, serta membangun dan memelihara bendungan dan sarana irigasi. Pemerintah menargetkan pembukaan lahan sawah baru seluas 150.000 ha pada tahun depan.
Bagi Indonesia, beras tidak hanya menjadi makanan pokok utama, tetapi juga menjadi komoditas politik, oleh karena itu pemerintah akan fokus pada produksi dan ketersediaannya. Meskipun Indonesia merupakan produsen beras terbesar keempat setelah Tiongkok, India, dan Bangladesh, Indonesia juga merupakan salah satu importir beras terbesar. Tahun ini misalnya, Indonesia mengimpor 1,02 juta ton dari Thailand, 758.679 ton dari Vietnam, 380.725 ton dari Pakistan, 309.288 ribu ton dari Myanmar, dan 22.500 ton dari Kamboja.
Tujuan mencapai swasembada pangan, khususnya beras, sudah menjadi keinginan seluruh presiden Indonesia. Mantan presiden Soeharto memprakarsai proyek pembangunan pertanian skala besar dari tahun 1970an hingga 1980an dan akhirnya mencapai swasembada pangan pada tahun 1984. Namun, kecukupan pangan hanya berumur pendek, dan Indonesia mulai mengimpor beras lagi, yang mendorong Soeharto untuk mengkonversi 1 juta ha rawa gambut Kalimantan Tengah menjadi sawah. Pada akhirnya ladang-ladang ini gagal karena keasaman tanah dan kurangnya unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan padi.
Mengikuti jejak Soeharto, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencoba melanjutkan program swasembada pangan pada tahun 2010 dengan meluncurkan Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Merauke, Papua, dengan membuka 1,2 juta ha hutan untuk pertanian. tanah. Program ini diharapkan dapat meningkatkan cadangan pangan termasuk 1,95 juta ton beras, 2,02 juta ton jagung, 167,00 ton kedelai, 64.000 ekor sapi, 2,5 juta ton gula, dan 973.000 ton minyak sawit mentah (CPO) setiap tahunnya. yang juga gagal.