Ombak, Wi-Fi dan Pekerjaan: Menuju Negeri Nomaden Canggu – Gaya Hidup

Ombak, Wi-Fi dan Pekerjaan: Menuju Negeri Nomaden Canggu – Gaya Hidup

Saat ini pukul 10 pagi dan hari Cecilia Wijaya baru saja dimulai. Sekitar satu jam lagi, ia akan menuju “kantornya” untuk memulai hari, yang bisa jadi merupakan salah satu ruang kerja bersama di Canggu, atau meja di tepi pantai.

Dia akan punya cukup waktu untuk makan siang santai sebelum bekerja resmi dimulai pukul 2 siang. Saat itulah jam kerja dimulai di Denmark, lokasi perusahaan rintisan tempat dia bekerja selama enam tahun terakhir sebagai manajer proyek jarak jauh.

“Saya pernah menghabiskan beberapa bulan di Ubud, tempat saya bekerja dari ruang kerja bersama,” kata wanita berusia 28 tahun itu, mengenang hari-hari awalnya di Bali setelah pindah dari Jakarta. “Lalu saya memutuskan untuk pindah ke dekat Canggu untuk perubahan. Saya lebih suka di sini.”

Cecilia adalah satu dari ratusan, bahkan ribuan, pekerja lepas digital yang lebih menyukai Canggu. Pada tahun 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pernah mengatakan bahwa Canggu memiliki jumlah pekerja lepas digital terbesar di Bali, dengan mayoritas berasal dari Rusia, Amerika Serikat, dan Inggris.

Desa trendi di pantai barat daya Bali ini sebenarnya telah menarik begitu banyak penduduk sementara selama beberapa tahun terakhir sehingga harga properti telah meroket, seiring dengan banyaknya mobil dan sepeda motor yang memenuhi jalan sempitnya.

Dahulu merupakan desa pesisir yang indah dan damai, dikelilingi oleh hamparan sawah yang subur dan pantai-pantai indah yang populer di kalangan peselancar yang santai, Canggu mulai bertransisi menjadi surga bagi para pekerja yang tidak terikat pada bilik-bilik kerja seperti saat ini, hanya beberapa tahun yang lalu.

Memulai