Indonesia dan Australia menandatangani perjanjian pertahanan yang ‘bersejarah’ – Asia & Pasifik

Indonesia dan Australia menandatangani perjanjian pertahanan yang ‘bersejarah’ – Asia & Pasifik

Indonesia dan Australia menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan (DCA) yang telah lama dinantikan, sebuah perjanjian pertahanan yang disebut Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai “tonggak sejarah” yang akan memperkuat hubungan antara kedua negara di tengah meningkatnya kekhawatiran atas keamanan regional.

Upacara penandatanganan berlangsung di Akademi Militer Nasional di Magelang, Jawa Tengah, pada hari Kamis. Prabowo dan mitranya dari Australia Richard Marles, yang memimpin delegasi negaranya pada upacara tersebut, menandatangani dokumen tersebut.

Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid dari Partai Golkar, serta perwakilan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kementerian Luar Negeri juga turut hadir dalam upacara tersebut.

“Ini bukan aliansi militer,” kata Prabowo setelah penandatanganan, “tetapi kerja sama pertahanan, yang menandakan bahwa kita ingin terus menjaga hubungan baik dan persahabatan.”

Ia menambahkan bahwa DCA akan membuka jalan bagi kedua negara untuk saling membantu dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik, serta menghadapi ancaman yang berkembang di kawasan tersebut, di mana ketegangan telah meningkat karena pengelompokan minilateral dan perselisihan di Laut Cina Selatan.

Indonesia, dengan sikap kebijakan luar negerinya yang bebas dan aktif, sedang menempuh jalan yang sempit di tengah persaingan Amerika Serikat dan Cina yang terus-menerus untuk mendapatkan pengaruh di kawasan tersebut, sedangkan Australia telah bersekutu erat dengan sekutu-sekutunya yang berbahasa Inggris.

“Kami menghormati hak kedaulatan Australia untuk menegakkan keamanan Anda. Kami juga memahami bahwa Anda menghormati kepentingan nasional kami,” kata Prabowo, yang akan dilantik sebagai presiden negara berikutnya pada tanggal 20 Oktober.