BMKG peringatkan dampak iklim pada perkebunan – Nusantara
BMKG peringatkan dampak iklim pada perkebunan – Nusantara
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan kenaikan suhu global akibat perubahan iklim menjadi tantangan serius bagi sektor perkebunan di tanah air.
Mengutip laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) 2023 dalam diskusi pada hari Senin di Medan, Sumatera Utara, pelaksana tugas (Plt) Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan tahun lalu merupakan tahun terpanas secara global dalam 174 tahun sejak pencatatan suhu dimulai.
Ia mencatat bahwa suhu global tahun lalu bahkan melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2016 dan 2020, seraya menambahkan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas kedua yang pernah tercatat di Indonesia, setelah tahun 2016.
Dwikorita mengatakan Sumatera Utara merupakan salah satu pusat pengamatan iklim utama di negara ini untuk memantau suhu udara.
“Pemantauan suhu udara telah dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Deli Serdang, Sumatera Utara, selama lebih dari 70 tahun,” ujarnya pada Pameran Nasional Perubahan Iklim bertajuk “Menuju Satu Abad Pengamatan Iklim di Sumatera Utara”.
Dwikorita mengatakan, peningkatan suhu global saat ini berdampak buruk, termasuk gelombang panas yang lebih sering dan intens, badai, dan cuaca ekstrem. Jika situasi ini tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang memengaruhi kehidupan manusia.
Ia mencatat bahwa sektor perkebunan dan pertanian merupakan sektor yang paling terdampak oleh kenaikan suhu global, karena suhu udara yang lebih hangat menyebabkan berkurangnya curah hujan dan akibatnya, terjadi kelangkaan air.
“Sumatera Utara akan menjadi wilayah yang paling terkena dampak negatif perubahan iklim karena memiliki lahan perkebunan yang luas,” kata Dwikorita.
Provinsi ini merupakan pusat perkebunan utama dan rumah bagi tiga perkebunan besar milik negara, serta ratusan perkebunan swasta besar, yang menghasilkan komoditas utama termasuk minyak sawit, karet, kopi, kakao, dan tembakau.