Kekerasan berbasis gender masih menjadi masalah yang terabaikan di Indonesia, kata PBB – Masyarakat
Kekerasan berbasis gender masih menjadi masalah yang terabaikan di Indonesia, kata PBB – Masyarakat
i Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, yang dikenal sebagai UN Women, mengatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan masih menjadi isu yang banyak diabaikan di Indonesia dan di seluruh dunia ketika negara ini memulai aktivisme melawan kekerasan berbasis gender selama 16 hari pada hari Senin.
Aktivisme selama 16 hari ini merupakan kampanye internasional tahunan yang dipimpin oleh masyarakat sipil yang diprakarsai oleh PBB yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memobilisasi tindakan untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan. Ini berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember, yang merupakan Hari Hak Asasi Manusia Internasional.
Tahun ini menandai 24 tahun sejak PBB menetapkan 25 November sebagai Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Tanggal tersebut dipilih untuk menghormati Mirabal bersaudara, tiga aktivis politik dari Republik Dominika yang dibunuh secara brutal pada tahun 1960 atas perintah penguasa negara tersebut.
Dwi Faiz, perwakilan negara yang bertanggung jawab untuk UN Women Indonesia, mengatakan masyarakat sepertinya hanya berbicara tentang kekerasan terhadap perempuan selama 16 hari aktivisme, padahal hal itu terjadi setiap hari.
“Bahkan di tingkat global, konferensi internasional yang fokus pada kekerasan terhadap perempuan tidak mendapat perhatian sebanyak forum lain, seperti perubahan iklim,” ujarnya dalam diskusi, Senin, seperti dilansir Kompas.id.
Baca juga: Implementasi Konvensi PBB tentang Penyiksaan Masih Mandek: Komnas Perempuan
Perhatian dan upaya yang lebih besar baik dari pengambil kebijakan maupun masyarakat diperlukan untuk mengambil langkah maju yang signifikan dalam mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, lanjut Dwi.