Meningkatkan produksi pangan di era tantangan yang semakin meningkat – Academia

Meningkatkan produksi pangan di era tantangan yang semakin meningkat – Academia

Dengan jumlah penduduk miskin yang berjumlah 25,2 juta jiwa, produksi tanaman pangan mempunyai kepentingan strategis bagi Indonesia. Penurunan produksi pangan hampir pasti akan menyebabkan kenaikan harga, sehingga semakin membebani pengeluaran masyarakat miskin. Sayangnya, produksi tanaman pangan utama menunjukkan tren penurunan.

Produksi jagung misalnya, menurun dari 16,5 juta ton pada tahun 2022 menjadi 14,8 juta ton pada tahun 2023. Begitu pula pada tahun yang sama, produksi beras menurun dari 31,5 juta menjadi 31,1 juta ton. Selain itu, selama bulan Januari-April 2024, produksi beras turun 17,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Mengikuti tren yang mengkhawatirkan ini, harga beras saat ini sekitar 20 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Tantangan yang dihadapi produksi pangan

Ada sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap tren penurunan produksi pangan.

Yang pertama, dan mungkin yang terpenting, adalah perubahan iklim. Hal ini mengakibatkan kenaikan suhu yang berdampak buruk pada produksi pangan, termasuk beras dan jagung.

Kedua, konversi lahan pertanian (khususnya tanaman pangan) menjadi non-pertanian. Konversi ini tercermin dari menurunnya jumlah peternakan dari 31,7 juta pada tahun 2013, menjadi 29,4 juta pada tahun 2023.

Setiap hari Kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

Setelah berkurangnya lahan pertanian, muncul faktor tantangan ketiga. Pada tahun 2013-2023, jumlah pertanian marjinal—yaitu pertanian dengan luas kurang dari 0,5 hektar—meningkat dari 14,3 juta menjadi 16,9 juta, yang berarti 61 persen pertanian di Indonesia adalah pertanian marginal. Marginalisasi lahan pertanian dapat menyebabkan proses produksi menjadi tidak efisien karena luas lahan yang berada jauh di bawah skala ekonomi. Selain itu, tanpa konsolidasi lahan, penerapan mekanisasi dan teknologi lainnya pada lahan pertanian kecil dan terfragmentasi akan sulit dan kurang ekonomis.