Panas yang ekstrem harus dilewati, tetapi bukan iklim yang panas: Badan cuaca – Masyarakat
Panas yang ekstrem harus dilewati, tetapi bukan iklim yang panas: Badan cuaca – Masyarakat
Suhu tinggi yang melanda beberapa wilayah di Indonesia baru-baru ini diperkirakan akan mereda dalam beberapa minggu mendatang seiring dengan peralihan negara ke musim hujan. Namun otoritas nasional dan global telah memperingatkan bahwa kondisi ekstrem ini mungkin akan terus berlanjut, atau bahkan memburuk, di masa depan akibat perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan panas berlebih dengan suhu lebih dari 34 derajat Celcius terjadi di sebagian besar wilayah selatan, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Wilayah yang paling parah terkena dampaknya dalam beberapa hari terakhir adalah Kabupaten Larantuka di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mengalami suhu maksimum 38,4 derajat Celcius pada hari Minggu. Stasiun cuaca BMKG di wilayah tersebut mencatat suhu tinggi masih berlangsung hingga Selasa.
Di wilayah Jabodetabek, suhu tertinggi tercatat berkisar antara 34 hingga 35 derajat, menurut catatan BMKG. Stasiun cuaca di Kemayoran, Jakarta Pusat, misalnya, mencatat suhu 34,6 derajat pada Kamis.
Meskipun cuaca di Jakarta mungkin tidak sepanas di Larantuka, namun hal tersebut cukup membuat tidak nyaman warga Jakarta seperti Risvi Maulana, yang mengatakan bahwa AC di kamarnya tidak lagi cukup untuk mendinginkannya.
“Dulu saya mengatur suhu AC sekitar 24 atau 25 derajat, tapi sekarang saya harus mengaturnya di bawah 20 derajat dan bahkan memasang kipas angin tambahan agar ruangan saya sedikit lebih sejuk,” kata karyawan perusahaan swasta berusia 30 tahun itu. .
Risvi bukan satu-satunya yang merasa terganggu dengan panasnya cuaca: “Dalam dua minggu terakhir, setiap teman yang saya temui selalu mengatakan kepada saya, ‘Panas sekali di sini di Jakarta.’”