Petani minta pemerintah laksanakan reforma agraria – Masyarakat

Petani minta pemerintah laksanakan reforma agraria – Masyarakat

Massa aksi menuntut pemerintah melaksanakan reforma agraria dalam aksi unjuk rasa di dekat Monumen Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat, Selasa (20/12) dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional.

Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih dalam aksi unjuk rasa tersebut mengatakan, pemerintah harus melakukan reforma agraria dengan meredistribusi tanah untuk menciptakan keadilan bagi petani.

Henry mengatakan, luas areal persawahan petani saat ini menurun drastis, dari 8-9 juta hektare menjadi sekitar 7 juta hektare. Ia menambahkan, jumlah petani subsisten dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektare meningkat dalam satu dekade terakhir.

“Saat ini jumlah petani kecil sudah lebih dari 16 juta orang. Artinya ada penambahan 2 juta petani yang dulunya punya lahan cukup untuk bertani tapi sekarang tidak punya,” kata Henry, Selasa, seperti dikutip dari Antara. Kompas.

Pernyataan Henry tersebut selaras dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 yang mencatat jumlah petani kecil dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 ha meningkat dari 14,25 juta orang pada tahun 2013 menjadi 16,89 juta orang pada tahun 2023.

Dengan lahan yang sempit, petani kesulitan untuk memanen hasil tanah yang cukup, dan harus berjuang keras untuk mempertahankan penghidupan yang layak.

Setiap Senin, Rabu, dan Jumat pagi.

Dikirim langsung ke kotak masuk Anda tiga kali seminggu, pengarahan yang dikurasi ini memberikan ikhtisar ringkas tentang isu-isu terpenting hari itu, yang mencakup berbagai topik mulai dari politik hingga budaya dan masyarakat.

untuk berlangganan buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Lebih Banyak Buletin

Agenda reformasi agraria didasarkan pada Undang-Undang Agraria 1960, yang bertujuan untuk menata kembali kepemilikan dan penguasaan tanah sehingga petani dapat memiliki lahan pertanian yang lebih luas, yang berujung pada peningkatan kesejahteraan petani. Namun, data BPS menunjukkan hal ini belum terjadi, sehingga muncul desakan dari petani kepada pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.

Para petani juga mengecam penguasaan lahan petani oleh korporasi besar atas nama proyek strategis nasional (PSN).

“Seiring berjalannya PSN, jumlah konflik agraria semakin meningkat,” kata Henry.

Beberapa PSN telah memicu konflik antara pemerintah dan petani, seperti pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, Yogyakarta, dan penambangan andesit di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah untuk pembangunan Bendungan Bener.

Para petani juga menuntut pemerintah menyelesaikan konflik agraria. (Januari)